Melalui Aplikasi Ponsel, Kita Bisa Melacak Penyebaran Virus Corona
![]() |
Ilustrasi : pixabay |
IndonesiaNewsGo - Hingga berita ini diturunkan 28 April
2020, sedikitnya terdapat 2.971.477 kasus positif COVID-19 di seluruh dunia, di
mana Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia jadi tiga negara dengan kasus positif
terbanyak.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 865 ribu kasus dinyatakan
sembuh dan sedikitnya 206 ribu kasus meninggal dunia.
Kini, berkat bantuan teknologi, sejumlah aplikasi smartphone
dan teknologi digital lainnya dapat digunakan untuk melacak jejak penyebaran
virus corona. Berikut negara-negara di dunia yang tengah mengembangkan aplikasi
pelacak virus corona.
Australia
Australia telah meluncurkan aplikasi untuk melacak
orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19. Namun
aplikasi di smartphone tersebut memunculkan kekhawatiran publik karena dinilai
dapat melanggar privasi seseorang.
Dengan menggunakan jaringan Bluetooth, aplikasi bernama
COVIDSafe memungkinkan otoritas kesehatan untuk mengakses informasi penting
terkait interaksi seseorang jika mereka terjangkit virus corona. Semua nomor
ponsel dalam rentang jarak 1,5 meter dari orang yang terinfeksi tersebut selama
lima belas menit atau lebih akan tersimpan.
Cina
Aplikasi kesehatan jadi elemen penting bagi warga Cina untuk
mencegah munculnya gelombang kedua wabah COVID-19. Semenjak akhir Februari
lalu, pemerintah Cina meluncurkan kode QR untuk berbagi informasi mengenai
status kesehatan dan riwayat perjalanan warganya.
Kode-kode ini tersedia dan
dapat dipindai sebelum seseorang menaiki bus dan kereta, atau ketika memasuki
bandara, kantor, dan bahkan apartemen mereka sendiri.
Warna yang ditampilkan aplikasi akan menunjukkan tingkat
risiko yang berbeda. Warna hijau menandakan orang tersebut harus membatasi
pergerakannya, warna kuning menandakan membutuhkan tujuh hari karantina, dan
warna merah menandakan membutuhkan 14 hari karantina.
Aplikasi ini juga dapat melacak apakah sang pengguna pernah
melakukan kontak dengan orang yang positif COVID-19.
Italia
Ketika Italia mulai mempertimbangkan untuk melonggarkan
lockdown secara bertahap, negara tersebut juga tengah mengembangkan sebuah
aplikasi yang akan melacak orang-orang yang telah melakukan kontak dengan orang
positif COVID-19. Sadar akan adanya kekhawatiran mengenai privasi dan kontrol
data penggunanya,
Menteri Inovasi Teknologi Italia, Paola Pisano, meyakinkan
bahwa hal ini justru membantu membawa Italia ke keadaan seperti sedia kala.
Tender cepat telah dibuka untuk aplikasi tersebut, dan
sampai akhir Maret, ratusan proposal telah diterima dan saat ini tengah
dipelajari.
Aplikasi ini nantinya akan bekerja atas dasar sukarela
penggunanya dan juga memiliki target yang jelas.
Korea Selatan
Korea Selatan adalah salah satu negara pertama yang
melakukan pengujian massal COVID-19 dan menggunakan teknologi untuk
mengendalikan laju penyebaran virus corona.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan
(KCDC) telah menjalankan COVID-19 Smart Management System (SMS).
Ini adalah sebuah sistem yang digunakan untuk melacak
penyebaran virus corona melalui aplikasi smartphone dan membantu pihak
berwenang untuk menganalisis pergerakan pasien COVID-19 yang dikarantina.
Korea Selatan juga akan mulai mewajibkan orang yang
melanggar aturan karantina di rumah menggunakan gelang elektronik untuk melacak
keberadaan mereka.
Bagi mereka yang menolak menggunakan gelang tersebut akan
dipindahkan ke kamp penampungan dan membayar seluruh biaya sendiri.
India
Pemerintah India telah meluncurkan aplikasi smartphone
bernama AarogyaSetu untuk membantu melacak orang positif COVID-19 dan
orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan mereka. Sejauh ini, aplikasi
tersebut telah diunduh sebanyak 75 juta kali.
Tersedia dalam 11 bahasa, aplikasi ini tersedia untuk
pengguna Android dan iOS. Aplikasi ini menggunakan jaringan Bluetooth untuk
melacak apakah ada kasus positif COVID-19 di sekitar penggunanya.
Jerman
Setelah sempat mengembangkan aplikasi buatan sendiri, Jerman
akhirnya memutuskan mendukung sebuah sistem aplikasi yang dibantu oleh
perusahaan teknologi raksasa Apple dan Google.
Alternatif proyek pembuatan aplikasi yang dipimpin oleh
Jerman ini akan dinamakan Pan-European Privacy-Preserving Proximity tracing
(PEPP-PT), dengan lembaga penelitian HHI Fraunhofer dan badan kesehatan
masyarakat Robert Koch Institute sebagai pemain kunci di dalamnya. Hal ini
sempat memicu kekhawatiran akan privasi data pusat.
Namun, saat ini Jerman memutuskan mendukung pendekatan yang
dilakukan oleh Apple dan Google, di mana aplikasi tersebut akan didukung dengan
perangkat lunat terdesentralisasi. Hal ini akan membuat data hanya akan
tersimpan di ponsel penggunanya. rap/gtp
Sumber : vivanews.com
Post a Comment for "Melalui Aplikasi Ponsel, Kita Bisa Melacak Penyebaran Virus Corona"
Post a Comment